Provinsi Riau tidak diragukan kembali kualitasnya. Komoditas ini makin lama legit dikarenakan tengah diminati pasar dunia. Berdasarkan knowledge yang dilansir berasal dari Pusat Data dan Informasi Kementerian Pertanian (Kementan), Provinsi Riau merupakan penghasil kelapa sawit terbesar di Indonesia bersama luas capai 2.430,51 ha dan memproses capai kebanyakan 8.605,65 ribu ton. Dan disusul tiap-tiap Provinsi Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Sumatera Selatan bersama kebanyakan luas lahan sampai 1,400 ha per provinsi. Saat ini komoditas Kelapa Sawit terhitung jadi salah satu andalan pemerintah di dalam meraup devisa.
“Kita tengah gencarkan ekspor komoditas pertanian, untuk mendorong neraca perdagangan bersama ekspor non migas. Dan hal ini sesuai bersama instruksi Presiden,” kata Ali Jamil, Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan), Kementan terhadap selagi menyerahkan Surat Kesehatan Tumbuhan atau Phytosanitary Certificate, PC kepada PT. JPJ, PT. IMT, PT. WNI dan PT. RW di Pekanbaru, Senin (11/3).
Kepala Karantina Pertanian Riau, Rina Delfi memaparkan knowledge pelepasan ekspor komoditas turunan kelapa sawit yaitu cangkang sawit (Palm Kernel Shell) milik PT. JPJ berjumlah 31.200 ton bersama nilai Rp 29 milyar, bungkil sawit (Palm Kernel Expeller) milik PT. IMT berjumlah 14.000 ton bersama nilai Rp 20 milyar dan RBD (Refined, Bleached plus Deodorized) Palm Kernel Oil milik PT.WNI berjumlah 11.500 ton bersama nilai setara Rp 205 milyar bersama negara obyek Jepang, China, Thailand, Korea Selatan, Brazil dan Ukraina.
Sementara melalui Wilayah Kerja Dumai, Rina mengemukakan knowledge ekspor Palm Kernel Meal Expeller sebanyak 7 ribu ton bersama nilai Rp 11,7 milyar. RBD palm oil sebanyak 7 ribu ton setara bersama Rp 68,5 milyar. RBD palm olein sebanyak 14,7 ribu ton setara Rp 148 milyar. RBD palm stearin sebanyak 8 ribu ton setara bersama 91,4 milyar. Palm fatty acid distillate sebanyak 1.200 ton setara 6,8 milyar dan hammermilled palm kernel meal sebanyak 11,2 ribu ton setara bersama Rp 17 milyar. Dengan negara obyek yaitu Korea Selatan, Haiti, Turki, China dan New Zealand. Sehingga total ekspor product pertanian yang udah dilaksanakan tindakan pemeriksaan dan pengawasan Karantina Pertanian Riau adalah sebesar 107 ribu ton atau senilai Rp 627 miliyar.
“Berdasarkan knowledge lantas lintas ekspor kelapa sawit beserta turunannya terhadap th. 2018 udah capai 3 juta ton setara bersama Rp 27 trilyun, “ tambah Rina palm kernel expeller .
Turut hadir terhadap acara pelepasan ekspor, Gubernur Provinsi Riau, H. Syamsuar yang didampingi pejabat dinas berkaitan dan pelaku bisnis agribisnis. Syamsuar mengemukakan apresiasinya atas kinerja Karantina Pertanian Pekanbatu yang udah mengawal komoditas unggulan daerahnya ke manca negara. Kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan utama di Provinsi Riau dan mempunyai peran mutlak bagi subsektor perkebunan di dalam menambah pendapatan petani dan penduduk dan juga pengolahan industri kelapa sawit mendorong ekspor turunan kelapa sawit sehingga menghasilkan devisa bagi negara, tegas Gubernur
*Perlancar Ekspor, Kementan Perkuat Sistem Perkarantinaan
Selain kelapa sawit dan product turunannya, Provinsi Riau yang kaya bakal product pertanian ekspor ini terhitung dilaksanakan sertifikasi pelepasan ekspor terhadap komoditas pertanian lainnya. Yaitu ekspor nenas sirup di wilayah kerja Sungai Guntung sebanyak 41 ton setara bersama Rp 341 juta obyek Amerika Serikat dan Cina. Ekspor kelapa bulat di wilayah kerja Sungai Guntung, Tembilahan dan Selatpanjang bersama total 2,3 ton setara bersama Rp 4,5 milyar obyek Malaysia. Kelapa parut sebanyak 298 ton setara bersama Rp 2,9 milyar, santan kelapa 838 ton setara bersama Rp 20 milyar obyek Malaysia, China, Mesir, Amerika Serikat dan Eropa. Serta kayu karet olahan milik PT. RW sebanyak 75 ribu m3 setara bersama Rp 423 juta obyek Vietnam. Berdasarkan knowledge lalulintas product pertanian di Karantina Pertanian Riau, di th. 2018, jumlah ekspor kelapa bulat dan turunan capai 450 ribu ton setara bersama Rp 3,3 trilyun. Sedangkan untuk product olahan karet terhadap th. 2018 capai setara 5,6 ribu m3 bersama Rp 48 milyar .
Sebagai garda terdepan pengawasan dan dukungan product pertanian, Barantan tetap jalankan usaha di dalam penguatan proses perkarantinaan. Khusus untuk akselerasi ekspor usaha yang dilaksanakan diantaranya menambah kualitas layanan publik, sertifikasi manajemen kualitas laboratorium ISO/EIC 17025-2017, penerapan proses manajemen anti penyuapan dan pembinaan perusahaan eksportir bersama program Agro Gemilang. “Penguatan proses perkarantinaan jadi mutlak sehingga jaminan product pertanian kita di terima di pasar dunia,” pungkas Jamil.